6 seni bercinta menurut Kitab Sengseming Asmara
- Ulul Rosyad
Malam-malam begini membincang seks memang ada kesan
tersendiri hehehehe…Tak kalah dengan seni bercinta ala Kamasutra yang
berasal dari India, ternyata seni bercinta juga diterang jelaskan dan
vulgar dalam Kitab Sengseming Asmara yang notabene adalah karya anak
bangsa. Produksi dalam negeri. Apada masa kejayaan kraton-kraton Jawa,
seksualitas telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan
ini. hal tersebut setidaknya terekam jelas dalam ekspresi seni-budaya
Jawa.
Dalam hal ini, masalah seksual ternyata telah
menjadi tema sentral yang diungkap secara verbal dan terbuka tanpa
tedeng aling-aling, yang sangat paradoks dengan etika sosial jawa yang
cenderung bersifat puritan dan ortodoks.
Seperti dalam judul tulisan ini, dalam Kitab
Sengseming Asmara, pembagian bercinta ada 6 titik perhatian yang harus
dilewati tahap demi tahap. Penasaran, apakah itu? Berikut ini
nukilannya………
1. Sengseming Nala
Maknanya, kedua insan yang
bercinta hendaknya dilandasi oleh cinta kasih yang muncul dari lubuk
hati masing-masing. Ketika dua insan saling bergetar jiwanya satu sama
lain, maka mereka akan mendapati bahagia yang sesungguhnya dalam
hubungan badan itu.
Seks bukan sekedar menyalurkan
hasrat birahi seseorang. Namun merupakan perpaduan dua hati yang saling
mencinta dan mendambakan. Makin mendalam cinta keduanya, makin mendalam
pula rasa kenikmatan seksual yang diperolehnya.
Cinta akan menimbulkan perasaan
gelisah yang indah, yang hanya akan terjawab dengan bertemunya dua hati
tersebut dalam kasih sayang.
Ada yang mengistilahkan ini sebgai Aji
Asmara Nala, sebab munculnya gairah hati paling awal dan birahi
yang terletak di zakar, yang tentunya semua dimulai dari bentuk
keindahan fisik. Daya rangsang ini akan menuntun ke dalam birahi.
2. Sengseming Pandulu
Kedua insan bercinta hendaknya
dilandasi oleh rasa saling tertarik pada kecantikan dan ketampanan kedua
belah pihak. Ketika cinta telah bersemi semuanya tampak indah. Semua ini
karena kebanggan pandangan.
Peristiwa seperti ini sering
disebut dengan istilah terkena Aji
Asmara Tura, artinya gairah hati yang diakibatkan oleh penglihatan
yang membawa hawa romantisme. Dampaknya adalah zakar akan memberi reaksi
berupa ketegangan atau ereksi.
3. Sengseming
Pamirengan
Percintaan akan semakin larut,
asyik dan senda gurau mera yang yang membuat rangsangan pada gendang
telinga. Suara yang merdu, desah nafas yang syahdu akan membuat kedua
pasanga terlena.
Sepasang suami istri yang sedang
bercinta, akan lebih nikmat jika si istri mengimbangi suami dengan
desah-desah terkendali.
Tahapan ini diistilahkan dengan Aji
Asmara Turida, yaitu gairah dan gerak hati yang diakibatkan oleh
percakapan seperti merengek, meminta, mendesah. Sampai melengking manja.
Dari sini romatisme muncul.
4. Sengseming Pocapan
Ciuman merupakan ‘pemantik’ birahi
paling dahsyat. Kedua insan yang sedang amung-amung tresno tidak akan
melupakan ciuman, entah di dahi, pipi, mata, bibir, hingga kelamin. Oleh
karena itu, setiap pasangan suami istri hendaknya mempelajari
tehnik-tehinik berciuman.
Masing-masing jenis ciuman membawa
kenikmatan psikologis tersendiri. Bau kecut tubuh pasangan jauh lebih
bermakna daripada aroma parfum paling harum di dunia.
Namun bila bau terlalu tak enak,
ya, harus tahu diri dengan menjaga diri sedemikian rupa. Sebab dari bau
akan menurunkan gairah yang membara.
Tahapan ini ada yang
mengistilahkan dengan sebutan Aji
Asmaradana, gairah yang diakibatkan oleh rengekan, desahan
merupakan wahana baik bagi terciptanya saling memuji sesama pasangan.
Kata kalimat pujian mesra dengan mudah akan terlontar. Istilahnya
menjadi pujangga kagetan.
5. Sengseming
Pangarasan
Munculnya gairah dan gerak hati
yang diakibatkan karena saling merapatkan tubuh, menempelkan pipi,
berciuman yang akan memberikan isyarat ke sukma. Air mani dalam tubuh
mendapatkan sinyal-sinyal dari sengseming pangarasan dan suhu tubuh
mulai bergerak naik.
Hal ini dinamakan Aji
Asmaratahtra, yang diiringi gerakan-gerakan oragan tubuh seperti
tangan, kaki agak menjadi tidak terkontrol karena birahi sedang menuju
puncak. Tubuh seperti diberi mantra yang akan memberikan desahan-desahan
untuk segera masuk ke tahap akhir.
6. Sengseming
Salulut
Puncak dari “karonsih” adalah
salulut, yakni masuknya alat kelamin laki-laki ke dalam laat kelami
perempuan. Alat kelamin laki-laki sebelum masuk ke liang vagina harus
dipastikan empat hal, yaitu; membesar,panjang, keras dan hangat.
Sedangkan alat kelamin perempuan
yang mampu memberikan kenikmatan bagi laki-laki adalah yang hangat,
empuk dan menyerah!
Tahap akhur ini disebut Aji
Asmaragama, yaitu gairah hati yang lahir karena tercipta
persenggamaan. Ini sudah merupakan tahapan paling akhir, yakni posisi
atma ada di rahsa.
Dalam keadaan seperti inilah, dua
tempat disucikan, yakni lingga dan yoni bersatu. Dalam hubungan seksual
kitab Sengseming Asmara, percintan klasik, unsur laki-laki adalah upaya
atau alat mencapai kebenaran yang agung. Sedang unsur wanita merupakan
prajna atau kemahiran yang mebebaskan.
Maka, dipahami bahwa persenggamaan
adalah darma seorang istri terhadap suami. Dan sebaliknya merupakan
kewajiban suami terhadap istri.
Seksualitas kehidupan dunia itu
sendiri ada. Maka, seks dianggap sebagai sumber kehidupan, kunci harmoni
rumah tangga dan penerus keturunan. Maka, seks harus dipahami secara
benar dan baik. Akhir kata selamat mencoba dengan suami atau istri
pembaca masing-masing. Dan setelahnya komentar disini…suwun
==========================
Kama Sutra Jawa adalah BAB ke XII dari Serat Centhini yang membahas tentang
asmara. Serat Centhini adalah Ensiklopedi
Jawa Kuno yang ditulis atas
prakarsa Sunan Paku Buwana V dari Kraton
Surakarta pada pertengahan
abad ke 18, yang terdiri atas 28 BAB yang mengupas berbagai aspek kehidupan
manusia. BAB ke 12 tentang asmara membagi ajaran bercinta menjadi 5 (lima) titik
perhatian :
a. Asmara Nala
Disebut juga sengseming
nala. Maknanya, kedua insan yang bercinta hendaknya dilandasi oleh
cinta yang muncul dari lubuk hati masing-masing. Seks bukan sekedar untuk
menyalurkan hasrat birahi belaka, namun merupakan perpaduan dua hati yang saling
mencinta dan mendamba.
b. Asmara Tura
Disebut juga sengseming
pandulu. Maksudnya, kedua insan yang bercinta hendaknya dilandasi
oleh rasa saling tertarik kepada kecantikan dan ketampanan kedua belah pihak.
c. Asmara Turida
Disebut juga Sengseming
pamirengan. Maknanya, kedua insan yang bercinta akan semakin larut
dalam asyik masyuk dengan senda gurau mesra yang membuat rangsangan pada gendang
telinga. Sepasang suami istri yang sedang bercinta akan lebih nikmat jika si
istri mengimbangi suami dengan desah-desah yang terkendali.
d. Asmara Dana
Disebut juga sengseming
pocapan. Syair, puisi dan kata-kata mutiara sering kali
dilantunkan oleh sepasang kekasih yang sedang jatuh cinta.
e. Asmara Tantra
Disebut juga sengseming
pangarasan. Ciuman merupakan mantik birahi yang paling dahsyat.
Kedua insan yang sedang among
tresna(saling jatuh cinta) tidak akan melupakan ciuman, entah itu pada
dahi, pipi, mata, bibir, atau bagian tubuh yang lain. Oleh karena itu pasangan
suami istri hendaknya mempelajari teknik-teknik berciuman. Masing-masing jenis
ciuman membawa kenikmatan dan psikologis yang berbeda.
f. Asmaragama
Disebut juga sengseming
salulut. Puncak dari karonsih adalahsalulut yakni
masuknya alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin perempuan. Alat kelamin
laki-laki sebelum masuk ke dalam liang vagina harus dipastikan 4 (empat) hal,
yakni besar, panjang, keras dan hangatnya. Sedang alat kelamin perempuan yang
mampu memberikan kenikmatan laki-laki adalah yang hangat, empuk dan menyerah.
Sumber : Purwadi, 2004
Catatan :
Karya Sastra Jawa Serat
Centhini telah diterbitkan
dalam bahasa Inggris atas prakarsa ibu Kestity
Pringgoharjono dengan
judul The Centhini Story :
The Javanese Journey of Life, Soewito
Santoso. Marshall Cavendish (Times Edition), Singapore 2006. (
Kompas, 28 November 2010)
Malam-malam begini membincang seks memang ada kesan
tersendiri hehehehe…Tak kalah dengan seni bercinta ala Kamasutra yang
berasal dari India, ternyata seni bercinta juga diterang jelaskan dan
vulgar dalam Kitab Sengseming Asmara yang notabene adalah karya anak
bangsa. Produksi dalam negeri. Apada masa kejayaan kraton-kraton Jawa,
seksualitas telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan
ini. hal tersebut setidaknya terekam jelas dalam ekspresi seni-budaya
Jawa.
Dalam hal ini, masalah seksual ternyata telah
menjadi tema sentral yang diungkap secara verbal dan terbuka tanpa
tedeng aling-aling, yang sangat paradoks dengan etika sosial jawa yang
cenderung bersifat puritan dan ortodoks.
Seperti dalam judul tulisan ini, dalam Kitab
Sengseming Asmara, pembagian bercinta ada 6 titik perhatian yang harus
dilewati tahap demi tahap. Penasaran, apakah itu? Berikut ini
nukilannya………
1. Sengseming Nala
Maknanya, kedua insan yang
bercinta hendaknya dilandasi oleh cinta kasih yang muncul dari lubuk
hati masing-masing. Ketika dua insan saling bergetar jiwanya satu sama
lain, maka mereka akan mendapati bahagia yang sesungguhnya dalam
hubungan badan itu.
Seks bukan sekedar menyalurkan
hasrat birahi seseorang. Namun merupakan perpaduan dua hati yang saling
mencinta dan mendambakan. Makin mendalam cinta keduanya, makin mendalam
pula rasa kenikmatan seksual yang diperolehnya.
Cinta akan menimbulkan perasaan
gelisah yang indah, yang hanya akan terjawab dengan bertemunya dua hati
tersebut dalam kasih sayang.
Ada yang mengistilahkan ini sebgai Aji
Asmara Nala, sebab munculnya gairah hati paling awal dan birahi
yang terletak di zakar, yang tentunya semua dimulai dari bentuk
keindahan fisik. Daya rangsang ini akan menuntun ke dalam birahi.
2. Sengseming Pandulu
Kedua insan bercinta hendaknya
dilandasi oleh rasa saling tertarik pada kecantikan dan ketampanan kedua
belah pihak. Ketika cinta telah bersemi semuanya tampak indah. Semua ini
karena kebanggan pandangan.
Peristiwa seperti ini sering
disebut dengan istilah terkena Aji
Asmara Tura, artinya gairah hati yang diakibatkan oleh penglihatan
yang membawa hawa romantisme. Dampaknya adalah zakar akan memberi reaksi
berupa ketegangan atau ereksi.
3. Sengseming
Pamirengan
Percintaan akan semakin larut,
asyik dan senda gurau mera yang yang membuat rangsangan pada gendang
telinga. Suara yang merdu, desah nafas yang syahdu akan membuat kedua
pasanga terlena.
Sepasang suami istri yang sedang
bercinta, akan lebih nikmat jika si istri mengimbangi suami dengan
desah-desah terkendali.
Tahapan ini diistilahkan dengan Aji
Asmara Turida, yaitu gairah dan gerak hati yang diakibatkan oleh
percakapan seperti merengek, meminta, mendesah. Sampai melengking manja.
Dari sini romatisme muncul.
4. Sengseming Pocapan
Ciuman merupakan ‘pemantik’ birahi
paling dahsyat. Kedua insan yang sedang amung-amung tresno tidak akan
melupakan ciuman, entah di dahi, pipi, mata, bibir, hingga kelamin. Oleh
karena itu, setiap pasangan suami istri hendaknya mempelajari
tehnik-tehinik berciuman.
Masing-masing jenis ciuman membawa
kenikmatan psikologis tersendiri. Bau kecut tubuh pasangan jauh lebih
bermakna daripada aroma parfum paling harum di dunia.
Namun bila bau terlalu tak enak,
ya, harus tahu diri dengan menjaga diri sedemikian rupa. Sebab dari bau
akan menurunkan gairah yang membara.
Tahapan ini ada yang
mengistilahkan dengan sebutan Aji
Asmaradana, gairah yang diakibatkan oleh rengekan, desahan
merupakan wahana baik bagi terciptanya saling memuji sesama pasangan.
Kata kalimat pujian mesra dengan mudah akan terlontar. Istilahnya
menjadi pujangga kagetan.
5. Sengseming
Pangarasan
Munculnya gairah dan gerak hati
yang diakibatkan karena saling merapatkan tubuh, menempelkan pipi,
berciuman yang akan memberikan isyarat ke sukma. Air mani dalam tubuh
mendapatkan sinyal-sinyal dari sengseming pangarasan dan suhu tubuh
mulai bergerak naik.
Hal ini dinamakan Aji
Asmaratahtra, yang diiringi gerakan-gerakan oragan tubuh seperti
tangan, kaki agak menjadi tidak terkontrol karena birahi sedang menuju
puncak. Tubuh seperti diberi mantra yang akan memberikan desahan-desahan
untuk segera masuk ke tahap akhir.
6. Sengseming
Salulut
Puncak dari “karonsih” adalah
salulut, yakni masuknya alat kelamin laki-laki ke dalam laat kelami
perempuan. Alat kelamin laki-laki sebelum masuk ke liang vagina harus
dipastikan empat hal, yaitu; membesar,panjang, keras dan hangat.
Sedangkan alat kelamin perempuan
yang mampu memberikan kenikmatan bagi laki-laki adalah yang hangat,
empuk dan menyerah!
Tahap akhur ini disebut Aji
Asmaragama, yaitu gairah hati yang lahir karena tercipta
persenggamaan. Ini sudah merupakan tahapan paling akhir, yakni posisi
atma ada di rahsa.
Dalam keadaan seperti inilah, dua
tempat disucikan, yakni lingga dan yoni bersatu. Dalam hubungan seksual
kitab Sengseming Asmara, percintan klasik, unsur laki-laki adalah upaya
atau alat mencapai kebenaran yang agung. Sedang unsur wanita merupakan
prajna atau kemahiran yang mebebaskan.
Maka, dipahami bahwa persenggamaan
adalah darma seorang istri terhadap suami. Dan sebaliknya merupakan
kewajiban suami terhadap istri.
Seksualitas kehidupan dunia itu
sendiri ada. Maka, seks dianggap sebagai sumber kehidupan, kunci harmoni
rumah tangga dan penerus keturunan. Maka, seks harus dipahami secara
benar dan baik. Akhir kata selamat mencoba dengan suami atau istri
pembaca masing-masing. Dan setelahnya komentar disini…suwun
==========================
Kama Sutra Jawa adalah BAB ke XII dari Serat Centhini yang membahas tentang
asmara. Serat Centhini adalah Ensiklopedi
Jawa Kuno yang ditulis atas
prakarsa Sunan Paku Buwana V dari Kraton
Surakarta pada pertengahan
abad ke 18, yang terdiri atas 28 BAB yang mengupas berbagai aspek kehidupan
manusia. BAB ke 12 tentang asmara membagi ajaran bercinta menjadi 5 (lima) titik
perhatian :
a. Asmara Nala
Disebut juga sengseming
nala. Maknanya, kedua insan yang bercinta hendaknya dilandasi oleh
cinta yang muncul dari lubuk hati masing-masing. Seks bukan sekedar untuk
menyalurkan hasrat birahi belaka, namun merupakan perpaduan dua hati yang saling
mencinta dan mendamba.
b. Asmara Tura
Disebut juga sengseming
pandulu. Maksudnya, kedua insan yang bercinta hendaknya dilandasi
oleh rasa saling tertarik kepada kecantikan dan ketampanan kedua belah pihak.
c. Asmara Turida
Disebut juga Sengseming
pamirengan. Maknanya, kedua insan yang bercinta akan semakin larut
dalam asyik masyuk dengan senda gurau mesra yang membuat rangsangan pada gendang
telinga. Sepasang suami istri yang sedang bercinta akan lebih nikmat jika si
istri mengimbangi suami dengan desah-desah yang terkendali.
d. Asmara Dana
Disebut juga sengseming
pocapan. Syair, puisi dan kata-kata mutiara sering kali
dilantunkan oleh sepasang kekasih yang sedang jatuh cinta.
e. Asmara Tantra
Disebut juga sengseming
pangarasan. Ciuman merupakan mantik birahi yang paling dahsyat.
Kedua insan yang sedang among
tresna(saling jatuh cinta) tidak akan melupakan ciuman, entah itu pada
dahi, pipi, mata, bibir, atau bagian tubuh yang lain. Oleh karena itu pasangan
suami istri hendaknya mempelajari teknik-teknik berciuman. Masing-masing jenis
ciuman membawa kenikmatan dan psikologis yang berbeda.
f. Asmaragama
Disebut juga sengseming
salulut. Puncak dari karonsih adalahsalulut yakni
masuknya alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin perempuan. Alat kelamin
laki-laki sebelum masuk ke dalam liang vagina harus dipastikan 4 (empat) hal,
yakni besar, panjang, keras dan hangatnya. Sedang alat kelamin perempuan yang
mampu memberikan kenikmatan laki-laki adalah yang hangat, empuk dan menyerah.
Sumber : Purwadi, 2004
Catatan :
Karya Sastra Jawa Serat
Centhini telah diterbitkan
dalam bahasa Inggris atas prakarsa ibu Kestity
Pringgoharjono dengan
judul The Centhini Story :
The Javanese Journey of Life, Soewito
Santoso. Marshall Cavendish (Times Edition), Singapore 2006. (
Kompas, 28 November 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar