Kamis, 17 Juli 2014

Cemburu Ilahi 4 קַנָּא

  קַנָּא - qanna’ - cemburu Ilahi

Memahami Ucapan Yang Sulit Dalam Perjanjian Lama, 66:

TUHAN Itu Allah yang Cemburu dan Pembalas


* Nahum 1:2-3
1:2 TUHAN itu Allah yang cemburu dan pembalas, TUHAN itu pembalas dan penuh kehangatan amarah. TUHAN itu pembalas kepada para lawan-Nya dan pendendam kepada para musuh-Nya.
1:3 TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah. Ia berjalan dalam puting beliung dan badai, dan awan adalah debu kaki-Nya.


Kenyataan Keluaran 34,6, yang tampil untuk meyakinkan kita bahwa Allah tidak pencemburu, diulangi sepuluh kali dalam Perjanjian Lama: "TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa."

Namun, teks-teks lainnya, tampil untuk menyatakan bahwa Allah sesungguhnya pencemburu. Keluaran 20:5 dengan jelas menyatakan, "Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu." Ulangan 29:20 menegaskan kembali, "maka TUHAN tidak akan mau mengampuni orang itu [yaitu orang yang meminta berkat Allah atas dirinya dan telah meneruskan jalannya sendiri dengan berpikir bahwa ia akan aman melakukan apa yang ia sukai]; tetapi murka dan cemburu TUHAN akan menyala atasnya pada waktu itu." Mazmur 78:58 menegaskan, "Mereka menyakiti hati-Nya dengan bukit-bukit pengorbanan mereka, membuat Dia cemburu dengan patung-patung mereka." Yehezkiel 36:5 meneguhkan, "Oleh karena itu beginilah firman Tuhan ALLAH: Aku pasti berfirman dalam api cemburuan-Ku melawan sisa bangsa-bangsa dan melawan seluruh Edom, yang menentukan tanah-Ku menjadi miliknya dengan segala rasa sukacita dan rasa penghinaan, sehingga tanah-Ku itu dimilikinya dan dapat habis dijarah." Jadi teks manakah yang benar dan bagaimanakah kita harus memahami Allah? Apakah Ia cemburu dan penuh iri ataukah tidak?

Penggambaran diri Allah dengan sosok yang mirip dengan manusia (yang menggambarkan emosi-emosi Allah dengan istilah manusia) membantu kita memahami bahwa Allah bukan hanya suatu gagasan abstrak melainkan adalah oknum yang hidup dan aktif. Ia sungguh-sungguh memiliki perasaan yang sama dengan perasaan cemburu, dendam, amarah, kesabaran dan kebaikan manusia, dengan perkecualian bahwa tak satu pun dari perasaan-perasaan ini yang dinodai dosa.

Memang Allah memiliki banyak sifat yang terpuji, sebagaimana yang ditegaskan oleh Nahum 1:7: "TUHAN itu baik .. .Ia mengenal orang-orang yang berlindung kepada-Nya." Dalam Nahum 1:3 Allah juga digambarkan sebagai sosok yang "panjang sabar dan besar kuasa." Namun bagian apakah dari perasaan-perasaan-Nya yang kelihatannya kurang menarik?

Kecemburuan Allah seringkali dihubungkan dalam Kitab Suci dengan murka-Nya. Misalnya, ungkapan tentang kesucian-Nya: "Cemburu-Ku timbul untuk mempertahankan nama-Ku yang kudus" (Yehezkiel 39:25). Namun tak ada pengertian bahwa kecemburuan-Nya itu meledak-ledak atau tak masuk akal. Mereka yang menggambarkan Allah Perjanjian Lama sebagai Allah yang memiliki kekuatan yang misterius, jika bukan yang terpenting, yang bisa menghancurkan ciptaan-Nya yang mana saja kapan saja dengan atau tanpa alasan apa saja telah terlalu aktif secara ilmiah atau berimajinasi secara awam. Kecemburuan atau murka Allah tak pernah hampir sama dengan perubahan pikiran yang mendadak atau yang kejam.

Murka Allah sesungguhnya merupakan realita yang mengerikan dalam kedua perjanjian, namun murka ini senantiasa mencerminkan suatu kepribadian yang penuh konsisten yang tak bisa mendiamkan kehadiran dosa. Murka Allah tak pernah menyebabkan Allah mendendam atau membalas diri-Nya sendiri, seakan-akan ia gila mendadak. Dalam Tuhan, murka boleh didefinsikan sebagai la membangkitkan diri-Nya sendiri untuk bertindak terhadap dosa.

Hal yang sama dapat dikatakan tentang istilah yang diterjemahkan sebagai pembalas dalam perkataan yang sulit ini. Pembalasan ilahi hanya bisa dipahami berdasarkan pengajaran Perjanjian Lama tentang kesucian dan keadilan Allah. Dari penggunaan sebanyak tujuh puluh delapan kali dalam Perjanjian Lama, lima puluh satu melibatkan situasi-situasi di mana Allah adalah pelakunya. Teks klasiknya adalah Ulangan 32:35, "hakKulah dendam dan pembalasan." Allah bukanlah Allah jika la mengizinkan dosa dan pemberontakan berlalu tanpa dihukum. Sifat-Nya yang sebenarnya berseru untuk menentangnya.

Pada dasarnya, ada dua cara Allah melakukan pembalasan:

(1) la menjadi pembela dari perkara penindasan oleh musuh (Mazmur 94); dan
(2) la menghukum mereka yang melanggar perjanjian dengan-Nya (Imamat 26:24-25).

Jika kitab Nahum tampil untuk memperlihatkan sukacita yang kejam atas kekalahan masal ibukota bangsa Asyur yaitu Niniwe, pertanyaan yang pasti muncul adalah: Kapankah seseorang dibenarkan bersukacita atas keruntuhan suatu bangsa yang lalim dan kejam? Jika jawabannya adalah bahwa orang harus menanti sampai bangsa yang bergembira tersebut telah dilenyapkan oleh dosa-dosa mereka sendiri, maka haruslah kita berhati-hati dalam berbangga diri secara berlebihan atas hancurnya Nazi Jerman. Kehancuran kita mungkin sudah berada di hadapan kita.

Bertolak belakang dengan kritik yang terkenal atas kitab Nahum, pengutukan Nahum atas Niniwe berasal dari konsep moral dan etika Allah. Dalam pikiran sang nabi, Allah adalah Tuhan yang berkuasa atas seluruh ciptaan, termasuk segala bangsa. Sebagai Allah yang suci, Ia sangat membenci segala bentuk ketidakadilan, apa lagi jika terjadi pada skala internasional.

Ada tiga alasan dasar mengapa Allah menetapkan berakhirnya kekaisaran Asyur. Pertama, bangsa Asyur bukan hanya melawan Israel, mereka melawan Allah (Nahum 1:9, 11, 14). Kedua, mereka mencemoohkan hukum dan tatanan moral dari Allah. Dalam sikapnya yang kasar, Asyur bukan hanya menyebabkan warganya sendiri masuk ke dalam perangkap, tetapi ia juga mengajak banyak bangsa lain ke dalam perbuatan-perbuatannya, sama seperti pelacur menggoda mangsanya ke dalam kehancuran (Nahum 2:13; 3:4). Akhirnya, keserakahan kekaisaran Asyur menyebabkan bermacam-macam perampokan dan perlakuan buruk.

Itu sebabnya, Allah bukan mengabaikan dan tak berdaya melihat dosa dari bangsa-bangsa semakin meningkat. Sebaliknya, Ia adalah Allah yang sabar, penuh pengertian, namun adalah Allah yang samasekali adil dan benar yang akan bertindak melawan mereka yang bersikeras mencemoohkan segala keberadaan dan yang dilambangkan-Nya. Kenyataan bahwa Allah menyatakan kecemburuan, dendam atau murka merupakan tanda bahwa Ia peduli akan umat-Nya dan membela perkara mereka. Ia sanggup dan Ia akan menjalankan kebenaran dengan adil di antara bangsa-bangsa.

Istilah cemburu, atau diterjemahkan dengan lebih tepat jika dihubungkan dengan Allah, semangat, dan dendam keduanya dapat digunakan dalam pengertian yang baik maupun yang buruk. Ketika diterapkan pada diri Allah, keduanya menerangkan bahwa Allah tak henti-hentinya mempedulikan sifat dan reputasi-Nya sendiri. Jadi, segala sesuatu yang akhirnya mengancam kehormatan, nama baik dan kemuliaan-Nya, bisa dianggap sebagai objek dari kecemburuan dan dendam-Nya. Metafora yang paling baik menggambarkan perasaan ini adalah kecemburuan seorang suami, yang mengibaratkan Allah ketika dewa palsu dan kesetiaan palsu memainkan peranan sebagai peminang-peminang dan kekasih-kekasih yang potensial. Ia tidak dan tidak akan membiarkan segala macam pesaing, kehidupan rohani kita bergantung pada genggaman-Nya yang erat atas kita.



Sumber:
Walter C Kaiser, Jr., Ucapan yang Sulit dalam Perjanjian Lama, Saat, 2003, p 252-256

http://www.sarapanpagi.org/66-tuhan-itu-allah-yang-cemburu-dan-pembalas-vt2791.html


Artikel terkait :
- ALLAH PENCEMBURU

- CEMBURU ILAHI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar