Jumat, 19 Oktober 2012

Kaulah segalanya?... Ah Masak Sih? Yang bener aja aaah!!!

Pada awal kursus pernikahan, Romo Sinten mengajak Panurata & Jerawati mendengarkan lagu Kaulah Segalanya (Ruth Sahanaya) dari CD Playernya, "Coba dengarkan lagu ini baik baik...pasti kalian juga suka!" Mereka berdua menganggukan kepala, "Baik Romo.!


Mungkin hanya Tuhan
Yang tahu segalanya
Apa yang ku inginkan
Di saat-saat ini

Kau tak 'kan percaya
Kau selalu di hati
Haruskah ku menangis
Untuk mengatakan yang sesungguhnya

( korus )
Kaulah segalanya bagi ku
Kaulah curahan hati ini
Tak mungkin ku melupakan mu
Tiada lagi yang ku harap
Hanya kau seorang

Kau tak 'kan percaya
Kau selalu di hati
Haruskah ku menangis
Untuk mengatakan yang sesungguhnya

( korus )
Kaulah segalanya bagi ku
Kaulah curahan hati ini
Tak mungkin ku melupakan mu
Tiada lagi yang ku harap
Hanya kau seorang

Kaulah segalanya untuk ku
Kaulah curahan hati ini
Tak mungkin ku melupakan mu
Tiada lagi yang ku harap
Hanya kau seorang
Tiada lagi yang ku harap
Hanya kau seorang

--------------------------------------------

Setelah mendengarkan lagu itu, Pastor Sinten mengajak Panurata dan Jerawati untuk membicarakan lagu "Kaulah segalanya" . Pastor Sinten bertanya, "Kalian pernah dengar kan lagu itu? Lagu yang dipopulerkan Ruth Sahanaya? Lagunya bagus dan syahdu, romantis lagi. Juga kata-katanya begitu "mendalam"...Namun apakah "kata-kata yang begitu dalam artinya" dijamin kenyataannya dalam hidup bersama, terutama suami isteri dan keluarga?"

Pastor Sinten mulai mengajak Panurata dan Jerawati berefleksi dengan pertanyaan ini, "Mengapa kalian menikah?" Dengan mantap, mereka pun langsung menjawab, "yah kami mau mencari kebahagiaan sejati, Pastor!" Pastor Sinten langsung menyahut, "Siapa yang akan membahagiakan?" Mereka pun serentak menjawab, "Kami yang akan saling membahagiakan!!" Tanpa ragu-ragu mereka mengungkapkan niat! Lalu, Pastor Sinten mengajukan pertanyaan nakal, "lalu apa jaminan kalian bisa saling membahagiakan, padahal kalian ini kan juga punya kelemahan?" Mereka masih bisa jawab, "kami akan saling melengkapi Pastor, kan kami menikah untuk saling menyempurnakan!!" Dalam hatiku, "Wah sudah pinter-pinter nih!" Lalu Pastor bertanya lagi, "Kalau suatu saat kalian marah, kira kira, setuju nggak dengan lagu Ruth Sahanaya, "Kaulah segalanya untukku....?" Atau kalau mulai tanggal tua, kas keluarga sudah mepet, apakah kalian mudah tersenyum?" Mulailah mereka tersenyum kecut, dan Panurata pun yengir.. sementara Jerawati senyum tersipu sipu, "Pastor, kok gitu sih, karuan kami nggak bisa jawab langsung, kan kami belum saling memarahi?" Pastor itu pun lalu menyahut, "Yah, justru karena belum, kira kira kalian masih akan yakin bahwa pasanganmu itu "Segalanya untukku"? Panurata langsung menjawab, "Kalau isteriku judes dan cerewet nantinya, ya...jelas bukan segalanya untukku!" Jerawati tidak mau kalah, "Ya iyalah, aku pun tidak akan menganggapmu segalanya kalau kamu suka membentak, suka mengatur dan memaksaku!" Pastor Sinten lalu menghentikan pembicaraan, "Stop! Stop jangan perang dunia di sini ya...he he he! Saya itu hanya bertanya, kok malah saling menyalahkan!"

Pastor Sinten melanjutkan penjelasannya " Begini, maksudku, sadarilah suami atau isterimu tidak saling bisa menjadi "SEGALANYA" bagi yang lain. Pribadi yang bisa menjadi SEGALANYA, hanyalah Tuhan, bukan manusia. Maka janganlah memperlakukan pasanganmu seolah oleh mampu menjadi 'Tuhan", pasti akan kecewa. Pasanganmu adalah manusia biasa yang bisa jatuh dalam kelemahan. Jadi sebenarnya, "naif" kalau berharap pasanganmu dapat membahagiakan. Kalian bisa membahagiakan sementara, dalam arti "menyenangkan", tapi tidak selamanya! Karena itu, soalnya bagaimana kita bersikap realistis pada pasangan. 

Dengan lain kata, hiduplah menjadi diri sendiri satu dengan yang lain. Jangan menganggap pasanganmu "SEGALANYA", melainkan dia pun memiliki kelemahan, supaya tidak terjadi sikap saling menuntut dengan alasan "Kamu kan isteriku, kamu kan suamiku", melainkan dengan kesadaran itu, belajarlah untuk MENAWARKAN agar ada RUANG GERAK BEBAS bagi pasangan untuk mengambil keputusan "memperhatikan, mencintai atau sebaliknya tidak mau". Dengan menawarkan, keputusan bertindak saling mencintai bukan atas dasar hanya karena kamu suamiku, karena kamu isteriku dan kamu anakku, melainkan karena engkau adalah milik Tuhan yang dipercayakan kepadaku!

Begitulah Pastor Sinten mengakhiri pembicaraan dengan Panurata dan Jerawati, "Saya berdoa, kalian dapat tumbuh dan berkembang sebagai suami isteri yang mampu menjadi tanda kehadiran kasih Allah yang hidup"

Lalu mereka berdua pamit pulang dengan wajah tersenyum dan lega! Tapi Jerawati tetap saja mencubit pinggang Panurata, "Aduuuuh! Apa apaan sih?", teriak Panurata. Sambil nyengir Jerawati berujar, "Ehm sakit ya...aku gemes tau!!!" Mereka pulang berboncengan dengan sepeda motor Honda 80-an yang sudah butut dan kumuh karena sudah satu minggu tidak dicuci.


https://www.facebook.com/notes/marriage-rebuilders/kaulah-segalanya-ah-masak-sih-yang-bener-aja-aaah/169093640821

Tidak ada komentar:

Posting Komentar